Kamis, 10 Desember 2015

Ahok " Lantas Pak Jokowi Marah Karena Catut PAPA MINTAK SAHAM "

Berita ANTV - Juga sebagai kawan serta bekas rekanan kerja semasa Presiden Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengerti benar kemarahan Jokowi. Terutama, namanya dicatut untuk meminta saham Freeport.

 " Lumrah dong (geram). Namanya dicatut minta saham, " kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (8/12/2015).

Ahok mengungkap, tiga th. berbarengan Jokowi menggerakkan roda pemerintahan DKI Jakarta, tidak pernah satu juga dianya lihat bekas Wali Kota Solo itu tergoda bakal tawaran duit.

 " Jujur saja. Saya tiga th. dengan Pak Jokowi disini, Jakarta itu godaanya semakin banyak dari pada jadi Presiden, bila kita katakan ingin duit. Pak Jokowi ingin tidak terima deal pengusaha-pengusaha property? Ketemu saja tidak ingin, " ungkap Ahok.

Ahok berkeyakinan Jokowi tak pernah ikut serta pembagian saham, seperti yang diuangkapkan dalam rekaman, yang diserahkan Menteri ESDM Sudirman Said ke Mahkamah Dewan Kehormatan (MKD).

 " Maka dari itu saja jamin, beliau itu tidak mungkin saja minta saham, minta duit. Terima saja tidak ingin, " papar Ahok.

Rekaman 'papa minta saham' sudah tiba ke telinga Presiden Jokowi. Dalam rekaman itu, disangka nada Ketua DPR Setya Novanto menyampaikan Presiden Jokowi juga sebagai presiden koppig atau keras kepala.

Berkenaan hal itu Gubernur Ahok, mulai bicara. Dia menilainya arti keras kepala itu cuma style bhs yang di sampaikan.

 " Pak Jokowi itu lebih keras pendirian ya. Keras kepala itu cuma style bhs. Itu bukanlah keras kepala, itu istilahnya. Beliau itu, keputusannya pegang prinsip, " tutur Ahok.

Walau menyampaikan cuma suatu arti, Ahok yang mengetahui jauh Jokowi, tidak menyanggah ada sisi-sisi dimana, tampak atau berkesan seperti keras kepala.

 " Bila keras kepala, (terlihatnya) bila untuk kebutuhan rakyat, APBD gitu ya, keras kepala, " papar Ahok.

Bekas Bupati Belitung Timur itu juga sharing narasi, bagaimanakah segi koppig yang dipahaminya, sepanjang ada di samping Jokowi.

 " Bila dia mengambil keputusan suatu hal, keras kepala. Umpamanya, masalah ubahin orang. Saat saya katakan, pak ubah pak, dia tidak ubah, " tukas Ahok.

Apa Kata Pengamat?

Mengenai persidangan Ketua DPR Setya Novanto di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Senin 7 Desember lantas berjalan dengan cara tertutup. Beberapa kelompok juga kecewa dengan hal semacam itu.

Berkenaan hal semacam itu, pengamat politik yang juga adalah Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti menilainya jangan sempat MKD serta DPR diperolok jadi orang-orang. Dia juga kuatir ada transaksional pada MKD sendiri.

 " Jangan sempat MKD, rasa tak sukai orang-orang, bikin olok-olok pada DPR bertambah. Jangan sempat ada yang minta saham dalam masalah 'papa minta saham'. Lantaran banyak yang menyesalkan sidang ini tertutup, " tutur Ray di Jakarta, Selasa 8 Desember 2015.

Disamping itu pengamat politik Indonesian Institute for Development and Democracy (Inded) Arif Susanto meminta mesti mewaspadai ada barter politik.

 " Mesti siaga untuk melokalisasi permasalahan ini (pencatutan nama Presiden). Saya mengira ada deal politik, " ungkap dia.

Menurut Arif, deal-deal politik itu menyangkut apa yang dibicarakan di DPR, yakni kajian revisi Undang-Undang KPK dan RUU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty).

 " Bila ke-2 itu jadi deal politik, tidak cuma MKD 'masuk angin', namun pemerintah juga jadi susah. DPR juga, " pungkas Arif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar